Cari disini

Selasa, 19 Mei 2015

Fakta Sakit Yang Belum Terungkap

Fakta Sakit Yang Belum Terungkap

 

        Aku, aku bukanlah aku yang selalu kuat dengan tendangan rasa sakit pada tubuhku
Aku bukanlah aku yang selalu bisa membuat orang tersenyum dengan adanya kehadiranku
Aku bukanlah wanita yang selalu berusaha menahan sakitnya perjalanan hidup
Aku bukanlah manusia yang memiliki sejuta kesabaran
Aku hanya wanita yang sedang berusaha untuk itu semua
Belajar tersenyum mesti harus menahan sakit, Belajar sabar meski merasa tersakiti
Dan belajar tertawa ikhlas jika memang tawa itu yang akan membentuk bungkahan rasa tenang di hati ini
      “Sejak kapan kamu merasakan sakit itu dek?” Pertanyaan itu secara sengaja dilemparkan kepadaku yang sedang menahan rasa sakit di bagian kepala di dalam sebuah ruangan 4×5, ruangan yang begitu sempit menurutku untuk seorang dokter, ruangan itu terlihat cukup rapi, tapi sangat sempit karena dipenuhi oleh panjangnya tempat tidur pemeriksaan pasien dan meja tempat interviewnya dokter dengan pasien. Namun sepertinya sang dokter masih tetap enjoy untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter di salah satu rumah sakit swasta itu.
Malam itu aku dipaksa pergi oleh salah satu teman terdekatku, pergi ke tempat dimana seharusnya aku bertanya mengenai sakit yang menghantuiku selama delapan tahun silam.
Awalnya hanya berfikir sakit yang akan hilang begitu saja, namun 7 tahun belakangan, rasa sakit itu terus mengikuti jejak hidupku, ikut berpetualang denganku untuk mencari keindahan hidup dan pengalaman hidup.
Tak sadar bahwa rasa sakit itu selalu bertengger di kepalaku sampai aku berada di atas puncak kota padang, tepatnya di atas bukit pinggir kota padang. Sampai sekarang aku masih berfikir, ada apa? Dan kenapa bisa? Dimana salahnya? Tiga pertanyaan itu selalu bermain di fikiranku, seolah mengacak-ngacak file yang sudah tersusun rapi selama aku hidup.
Selintas terfikir olehku, aku hanya orang biasa yang juga memiliki rasa sakit, tak akan selamanya aku bisa tersenyum, walaupun dibalik senyuman ada tangis yang tak terungkap. Aku selalu mencoba untuk bertahan, bahkan aku pun sudah mencoba bertanya kesana kemari mengenai rasa sakit yang ku alami, namun jawaban mereka selalu berbeda.
Suatu ketika aku pernah tak tahan merasakan sakit itu, aku berteriak sambil menarik-narik rambutku, seolah rasa sakitnya akan hilang jika aku menarik rambut dan memukul-mukul kepalaku, kejadian itu tidak hanya di kos-kosan ku saja, namun di rumah pun aku sudah mengalaminya, namun tindakan mereka cukup berbeda, di kos aku mendapat pelayanan yang panik, semua teman-temanku panik, apalagi ketika mereka melihatku berteriak kesakitan dan menarik-narik rambutku, semua tenaga mereka berdayakan untukku, sampai-sampai minyak angin Fresscare pun mereka oleskan di bagian tangan, kepala, dan kakiku, taukah apa yang terjadi? aku berteriak karena kehangatan, rasanya aku ingin menyelam ke dalam kolam karena tidak tahan dengan panas mint nya.
Hidupku sampai sekarang hanya bergantung dengan pil, sekitar 4 tahunan aku mengkonsumsi paramex untuk menghilangkan rasa sakit jika sakit itu mulai kambuh, aku tidak bisa ngapa-ngapain jika di bagian kepalaku sudah sakit, dan setelah aku konsultasi dengan salah seorang dokter di tempat aku magang waktu kuliah, beliau menyarankan aku untuk periksa mata, dan menyarankan untuk meminum obat penghilang rasa sakit. Aku pun mulai meminumnya, setiap aku merasakan sakit hanya obat itu yang aku konsumsi.
Lama-kelamaan aku pun sudah terbiasa mengkonsumsinya, jika obat yang di tanganku sudah habis aku membelinya ke apotik, begitulah kebiasaan selama beberapa satu tahun belakangan yang aku kerjakan, setiap merasakan sakit aku langsung meminumnya. Namun beberapa bulan yang lalu aku ketahuan sering sakit, dan pada akhirnya temanku mengiringku ke rumah sakit, dan alhasil aku disuruh konsultasi lebih lanjut ke bagian syaraf, perkiraanku sebelumnya aku hanya sakit biasa-biasa saja, seperti yang disampaikan dokter tersebut bahwa aku hanya migrain, eeee malah disuruh periksa lanjut ke dokter syaraf, aku kagetnya bukan main teman, sampai sekarang aku belum juga mengikuti saran dokter yang di ruang 4×5 tersebut.
Aku hanya bertahan dengan pil yang berbeda, yang baru ku konsumsi.. Entah akan seperti apa hidupku nanti, aku hanya berserah diri kepada sang pemberi kehidupan, bahwa aku akan baik-baik saja selagi aku di bawah lindungannya, akan seperti apapun sakit yang kuderita, itu adalah kuasanya, karena nyawaku adalah milikNYa.
Kita akan hidup jika kita mampu menghidupkan jiwa
Menghidupkan fikiran
Semuanya akan baik-baik saja,
Rasa takut akan mematikan jika kita tidak happy menjalaninya.
Hanya kamu yang bisa menghidupkan semangat yang ada di jiwamu
Tetaplah untuk bersemangat dan tersenyum…
Rasa sakit itu sudah bertengger di kepalaku, bahkan kami sudah seperti teman dekat akhir-akhir ini, seperti dinding tampa batas. Namun hari-hari yang ku lalui masih sama dengan mereka yang tertawa disana, bergembira dan menari seperti pena di atas kertas.
Sekenario kehidupan tetap ku jalankan sesuai alur yang telah ditentukan, aku akan tetap merasakan sedih, senang dan tertawa di bawah gulungan awan putih di setiap hari-hariku.
Pernah suatu ketika aku bercengkrama dengan beribu bintang di langit, dari kejauhan aku berteriak di dalam hati, bintang, bisakah aku mencapai semua mimpi yang sudah menjadi obor hidupku di masa depan? Akankah aku bisa sampai untuk meraih senyuman bangga untuk orangtuaku dan keluarga besarku? Ternyata bintang di langit sana hanya bisa mengiyakan pertanyaanku dengan kelipan cahayanya, semenjak itu aku sering berbicara dengan bintang. Ketika aku sedih, senang, sakit dan terluka.
Ternyata permainan hidup ini membuat aku harus betah menjadi manusia yang harus bahagia dengan keadaan dan rintangan hidup. Masalah demi masalah pun sudah mulai berangsur-angsur menghampiriku, namun semangat inilah yang menghantarkan aku untuk tetap tegar.
Setiap lika-liku kehidupan yang kita lewati pastinya akan ada tikungan yang berjejer di depan kita, mampu dan sanggupkah kita untuk menjalaninya, itu semua tergantung dengan semangat kita untuk menembus semua tikungan yang akan membuat kita jatuh dan terdampar. Ketika itulah senyuman akan terasa indah seperti pelangi mulai mewarnai hidup. Dan kamu adalah apa yang kamu pikirkan, kamu akan bisa jika kamu berfikir kamu bisa seperti pepatah yang keluar dari dua bibir Ary Ginanjar dalam sebuah buku terapi berfikir positif “you can if you think you can”.
Ketika kamu bersedih
Cobalah lihat ke arah langit
Ternyata kamu tidak sendiri
Ada banyak bintang yang menemanimu
Memberi cahaya bersama bulan purnama
Yang akan setia mendengarkan ceritamu
Ketika gerimis itu sudah membasahi
Ada pelangi yang menghiasi hidupmu
Memberi sejuta warna dalam perjalanan panjangmu
Kamu adalah apa yang kamu fikirkan
Tetap semangat dan tetap tersenyum
Kamu akan sampai di pintu masa depan
Jalani dan hadapi
Semua adalah proses untuk menjadi sukses
Hadapi segala rintangan
karena kebaagian itu pasti datang

“senyum merupakan tanda semangat hidup untuk tetap berjuang dalam meraih apa yang diimpikan”

sekian dan sampai jumpa lagi :)